ANALISIS BIOMEKANIKA CABANG OLAHRAGA FUTSAL (PASSING)


            I. Sejarah Futsal
            Kata Futsal berasal dari bahasa Spanyol, yaitu Futbol (sepak bola) dan Sala (ruangan), yang jika digabung artinya menjadi “Sepak Bola dalam Ruangan”.
            Menurut FIFA, asal mula Futsal ini mulai pada tahun 1930 di Montevideo, Uruguay. Pertama Futsal ini diperkenalkan oleh Juan Carlos Ceriani, seorang pelatih sepak bola asal Argentina. Hujan yang sering mengguyur Montevideo membuatnya kesal, karena rencana yang Ia susun jadi berantakan karena lapangan yang tergenang air. Lalu Ceriani memindahkan latihan ke dalam ruangan. Pertama Ia tetap menggunakan jumlah pemain 11 orang, namun karena lapangan yang sempit, Ia memutuskan untuk mengurangi jumlah pemain menjadi 5 orang tiap tim, termasuk penjaga gawang.
            Ternyata latihan didalam ruangan itu sangatlah efektif dan atraktif. Sehingga mampu menarik minat banyak masyarakat Montevideo. Lalu banyak penggemar bola di kota itu yang mencoba permainan baru ini, dan jadilah Futsal olahraga yang digandrungi masyarakat luas.

            II. Peraturan Futsal
Lapangan permainan:
1.      Ukuran: panjang 25-42 m x lebar 15-25 m.
2.      Garis batas: garis selebar 8 cm, yakni garis sentuh di sisi, garis gawang di ujung-ujung, dan garis melintang tengah lapangan; 3 m lingkaran tengah; tak ada tembok penghalang atau papan.
3.      Daerah penalti: busur berukuran 6 m dari setiap pos.
4.      Garis penalti: 6 m dari titik tengah garis gawang.
5.      Garis penalti kedua: 12 m dari titik tengah garis gawang.
6.      Zona pergantian: daerah 6 m (3 m pada setiap sisi garis tengah lapangan) pada sisi tribun dari pelemparan.
7.      Gawang: tinggi 2 m x lebar 3 m.
8.      Permukaan daerah pelemparan: halus, rata, dan tak abrasif.

            Bola:
1.      Ukuran: #4
2.      Keliling: 62-64 cm
3.      Berat: 390-430 gram
4.      Lambungan: 55-65 cm pada pantulan pertama
5.      Bahan: kulit atau bahan yang cocok lainnya (yaitu, tak berbahaya)

            Jumlah pemain:
1.      Jumlah pemain maksimal untuk memulai pertandingan: 5, salah satunya penjaga gawang
2.      Jumlah pemain minimal untuk mengakhiri pertandingan: 2
3.      Jumlah pemain cadangan maksimal: 7
4.      Batas jumlah pergantian pemain: tak terbatas
5.      Metode pergantian: "pergantian melayang" (semua pemain kecuali penjaga gawang boleh memasuki dan meninggalkan lapangan kapan saja; pergantian penjaga gawang hanya dapat dilakukan jika bola tak sedang dimainkan dan dengan persetujuan wasit)

            Perlengkapan pemain:
Kaos bernomor, celana pendek, kaus kaki, pelindung lutut, dan alas kaki bersolkan karet

            Lama permainan:
1.      Lama: dua babak 20 menit; waktu diberhentikan ketika bola berhenti dimainkan. Waktu dapat diperpanjang untuk tendangan penalti.
2.      Time-out: 1 per regu per babak; tak ada dalam waktu tambahan
3.      Waktu pergantian babak: maksimal 10 menit

B.     RUMUSAN MASALAH
I.         Kenapa kita perlu mempelajari biomekanika di bidang olahraga?
II.      Kenapa kita menerapkan biomekanika khususnya dalam cabang olahraga futsal?

C.    TUJUAN
1.      Mengetahui manfaat mempelajari biomekanika di dalam cabang olahraga futsal
2.      Mengetahui seberapa besar manfaat biomekanika dalam penerapan gerak pada cabang olahraga khususny futsal



BAB II
PEMBAHASAN

            Teknik Dasar Bermain Futsal
futsal atau bola mini merupakan salah satu olah raga yang di gemari oleh semua kalangan karena cara bermain lebih simple dan dilakukan ditempat tertutup. Namun ada beberapa yang perlu dilakukakan dengan keahlian khusus. Berikut teknik-teknik dasar dalam futsal yang mutlak harus di kuasai oleh setiap pemain futsal:
1.        Kontrol Bola
Teknik mengontrol bola dalam permainan futsal dapat dilakukan dengan menggunakan kaki dalam, kaki luar dan telapak kaki sebelah depan memanfaatkan sol sepatu. Teknik mengontrol bola dengan sol dalam futsal sangat penting sehingga harus dikuasai oleh setiap pemain.
2.        Passing/Pengumpan
Operan bisa dilakukan dengan menggunakan beragam sisi kaki. mau memakai kaki dalam, kaki luar, ujung kaki, tumit, atau sisi bawah tidak ada yang salah. Namun yang paling baik adalah menggunakan kaki dalam dengan arah mendatar. Pasalnya, operan ini memiliki akurasi paling baikdi banding yang lainnya. Termasuk umpan panjang yang menyusur lapangan. dan juga yang paling penting ketepatan mengoper bola pad kawan.

            A. TEKNIK DASAR PASSING
            Dalam futsal ada beberapa elemen dasar yang harus dipahami ketika bermain futsal, secara umum, tidak berbeda jauh dengan bermain sepak bola konvensional. Namun ada beberapa yang perlu dilakukakan dengan keahlian khusus. Berikut teknik-teknik dasar dalam futsal yang mutlak harus di kuasai oleh setiap pemain futsal:

1. Passing
            Dalam mengoper bola kepada teman, disahakan dengan kaki bagian dalam disahakan bola cukup kencang. Karena lapangan rumput futsal relatif kecil, apabila passing terlalu lambat akan sangat mudah dipotong oleh lawan. Bola futsal lebih bantet (pantulan tidak terlalu besar dibanding bola lapangan besar), sehingga sekencang apapun passing dari teman masih memungkinkan untuk dikontrol.

2. Menconcong Bola
            Mencocong adalah menendang bola namun menggunakan ujung kaki/sepatu. Biasanya bila kita sudah berhadapan dengan kiper, saat posisi kita kurang bagus untuk melakukan shoot (karena posisi bola sudah terlalu ke depan), maka menconcong bola akan mencari salah satu cara efektif untuk menghasilkan gol. Karena dengan teknik ini, bola akan melesat cukup kencang (seperti di shooting), dan bola juga akan tetap bergerak lurus. Beda dengan bola lapangan besar, apabila diconcong maka larinya bola akan tidak terkontrol.
3. Tips mencetak gol
            Karena gawangnya kecil dan celah nyetak ga besar.. usahakan bola ngeluncur seperti pisang tp mendatar. bila dari sisi samping kita giring bola ke tengah sebelum nyampe ditengah langsung tendang aja.. klo dari kanan lawan berarti nendang ke pojok kiri kiper.
4. Jaga stamina
            Lapangan futsal relatif kecil, baik itu lapangan indoor/outdoor biasa maupun lapangan yang menggunakan rumput sintesis tapi kadang kita terlalu asyik lari kesana kemari sehingga terlalu banyak gerak yg mengakibatkan kita cepet lelah. Lebih baik ada pembagian yang tertata dalam menyerang ataupun bertahan.
            Dalam permainan futsal tentunya sering kali melakukan umpan, dan jika kita dapat melakukannya dengan baik sehingga kawan akan mudah menerimanya.
Tipe Passing berdasarkan jarak terbagi dalam 3 jenis, yaitu:
3.         Jarak pendek (short pass) natara 0 meter sampai dengan 4 meter atau 10-12 feet
4.         Jarak menengah (medium pass) 4 meter sampai dengan 10 meter atau 10-30 feet
5.         Jarak jauh (long pass) diatas 10 meter atau lebih dari 30 feet

            Mengumpan adalah merupakan salah satu tekhnik dasar permainan futsal yang sangat dibutuhkan oleh setiap pemain, karena dengan adanya lapangan yang rata dan ukuran lapangan yang kecil dibutuhkan passing yang keras dan akurat karena bola yang meluncur sejajar dengan tumit pemain, sebab hampir sepanjang permainan futsal menggunakan passing. Untuk menguasai keterampilan passing diperlukan penguasaan gerakan sehingga sasaran yang diinginkan tercapai.
            Keberhasilan mengumpan ditentukan oleh kualitasnya, 3 hal dalam kualitas mengumpan:
1.      Keras
2.      Akurat
3.      Mendatar

            Perlu diketahui bahwa perkenaan (impact) kaki denagn bola menentukan arahnya, arah dari bola tergantung dari bagian mana bola yang bersentuhan denagn kaki. Berikut ini jalannya bola sesuai dengan lokasi yang dikenai:
1.      Bola bergulir mendatar kearah kanan penendang
2.      Bola bergulir mendatar lurus kearah depan penendang
3.      Bola bergulir mendatar kearah kiri penendang
4.      Tidak ada pergerakan bola
5.      Bola bergulir keatas dengan putaran bola kebelakang pabila bola ditendang bagian bawahnya bola akan melambung, bila bola ditendang pada bagian tengahnya maka bola akan berjalan mendatar dan apabila bola ditendang pada bagian sebelah kiri maka akan bergulir disebelah kanan atau sebaliknya.

            Yang perlu diperhatikan dalam mengumpan dengan menggunakan kaki bagian dalam antara lain:
1.      Tempatkan kaki tumpu disamping bola
2.      Pada saat mengumapan selalu lihat bola
3.      Gunakan kaki bagian dalam untuk mengumpan
4.      Perhatiakan kaki ayun (kaki yang akan digunakan untuk mengumpan)
5.      Ayun kaki dari arah belakang sekuat-kuatnya kearah depan
6.      Angkat tangan kedepan untuk menjaga keseimbangan
7.      Kunci atau kuatkan tumit pada saat sentuhan dengan bola agar lebih kuat
8.      Pada saat sentuhan (impact) kaki bagian dalam dari atas diarahkan ketengah bola (jantung) dan ditekan kebawah agar bola tidak melambung
9.      Diteruskan dengan gerakan lanjutan, dimana setelah sentuhan dengan bola dalam mengumpan ayunan kaki jangan dihentikan

            Peranan passing sangat penting dalam permainan futsal dikarenakan dua alasan, pertama kesempatan mengolah bola sehingga daerah pertahanan lawan terbuka, kedua mempertahankan bola agar tetap berada dalam penguasaan tim. Jika kondisi tersebut terjadi maka kendali permainan dapat dikuasai. Passing yang akurat dan tepat akan memberikan peluang terjadinya skor bagi timnya. Agar bola dalam jangkauan untuk melakukan tembakan maka operan yang akurat.
            Kegiatan pelatihan dan pembinaan cabang olahraga futsal merupakan suatu proses yang kompleks dan sebuah rangkaian sistem yang tak dapat berdiri sendiri hanya satu keilmuan saja. Oleh karena itu pembinaan olahraga harus ditunjang oleh berbagai disiplin ilmu antara lain: Biomekanika, anthopometri, fisiologi, belajar gerak dan kepelatihan. Dengan demikian diharapkan dapat dicapai hasil yang maksimal sesuai dengan kualitas dan kapasitas fisik yang dimiliki. Untuk itu diperlukan pembinaan olahraga yang menggunakan pendekatan ilmiah, yang ditetapkan oleh para pelatih atau Pembina dalam proses pelatihannya.
            Seorang pembina harus memiliki pengetahuan tentang ilmu biomekanika dalam penyusunan program latihan, baik secara mikro ataupun makro yang diwujudkan dalam metode latihan dan diterapkan dalam sesi latihan. Mempelajari suatu teknik menjadi bagian sangat penting dalam proses latihan dimana harus mengkolaboarasikan berbagai bidang ilmu. Seorang pembina harus mampu mengidentifikasi segmen-segmen dalam suatu rangkaian gerak teknik tertentu.
            Kajian biomekanika harus dilakukan oleh pembina olahraga dalam mempelajari teknik tertentu baik teknik dasar, menengah maupun teknik tingkat tinggi. Dalam cabang olahraga permainan futsal dikategorikan dalam keterampilan yang sangat kompleks, sebab dalam melakukan gerakan permainan harus melibatkan semua segmen otot dan sendi secara efektif dan efisien yang dilakukan secara benar.
            Mengingat begitu pentingnya permainan futsal maka kami selaku mahasiswa program studi Pendidikan Olahraga (S-2) Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta mencoba menganalisis gerakan teknik passing yang didasarkan pada kajian secara biomekanika.


            B. ANALISIS BIOMEKANIKA GERAKAN PASSING

1.        FORCES
            No Komponen Biomekanika Ada Moment Kejadian Anggota Tubuh Analisis
1.      1 Forces/gaya yang di gunakan √ Saat menendang bola Tungkai, kaki Proses dari saat awalan, menendang bola, gerak lanjutan
2.      2 Vector/arah gaya √ Gerakan menendang Tungkai, kaki Arah gaya yang terjadi searah dengan arah ayunan tungkai
3.      3 Internal Forces/tenaga dari dalam √ Ayunan tungkai Tungkai, kaki Menendang bola yang tadinya diam kemudian bergerak lurus searang ayunan tungkai
4.      4 Compressive Forces/gaya tekan √ Tumbukan kaki dengan bola Kaki Saat tumbukan kaki degan bola hingga gerakan lanjutan.


2.        LINEAR KINEMATICS
No Komponen Biomekanika Ada Moment kejadian Anggota tubuh/letak Analisis
1.      Linear Motion/gerak lurus
2.      Rectilinear Translation/gerak lurus beraturan
3.      Curvilinear Translation/gerak kurva (Ayunan tungkai Pinggang Gerakan mengayunkan tungkai dari awalan hingga gerakan lanjutan)
4.      Angular Motion/gerak melingkar (Ayunan tungkai Pinggang Gerakan mengayunkan tungkai dari awalan hingga gerakan lanjutan)
5.      General Motion/gerak secara umum (Semua rangkaian gerakan passing Pinggang, tungkai, lutut, engkel, kaki Secara keseluruhan gerakan passing mulai dari awal sampai akhir)
6.      Position/posisi (Posisi awalan, posisi menendang bola, posisi setelah menendang bola, Pinggang, tungkai, lutut, engkel, kaki Posisi diam, awalan berlari, ayunan tungkai, menendang bola, gerakan lanjutan)
7.      Distance Traveled/jarak perubahan (Dari posisi diam sampai gerakan lanjutan Pinggang, tungkai, lutut, engkel, kaki Perubahan jarak terjadi mulai dari posisi awalan sampai gerakan lanjutan)
8.      Displacement (Dari posisi siap sampai menendang bola Pinggang, tungkai, lutut, engkel, kaki Posisi siap dilanjutkan gerakan passing dan diakhiri dengan gerakan lanjutan)
9.      Resultante Displacement/perubahan posisi (Dari posisi diam di tempat sampai melangkahkan kaki kedepan Tungkai, kaki Sikap berdiri dalam posisi diam di tempat, kemudian berlari sambil mengayunkan tungkai untuk menendang bola hingga terjadi perubahan posisi dari diam menjadi berubah karena ada ayunan dan langkah kaki ke depan)
10.  Speed/kecepatan (Laju bola Tungkai, kaki Terjadi kecepatan bergeraknya bola setelah di tendang sampai diterima oleh rekan satu tim)
11.  Velocity/percepatan (Bergeraknya bola yang masihdiam di lapangan sampai di tendang dengan kaki Tungkai, kaki Bola yang masih diam di lapangan bergerak ke depan karena di tendang, kemudian terjadi percepatan ketika bola mendapat benturan dari kaki).


3.        LINEAR KINETICS
No Komponen Biomekanika Ada Moment kejadian Anggota tubuh/letak Analisis
1.      1 Newton's Law I/hukum newton1 (Bola dari posisi diam sampai bergerak Tungkai, kaki Bola yang masih diam di lapangan sampai ada sampai gaya yang bekerja pada bola tersebut yaitu dengan di tendang oleh kaki maka bola tersebut bergerak ke depan)
2.      2 Newton's Law II/hkm newton 2
3.      Rectilinear Translation/gerak lurus beraturan
4.      3 Gravitational Acceleration/ perubahan kecepatan grafitasi
5.      Curvilinear Translation/gerak kurva

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KAMBING DAN DOMBA

1.                  Pendahuluan

Kambing dan domba merupakan binatang yang tampaknya hampir sama. Usaha peternakan kambing dan domba dapat membawa hasil yang memuaskan kalau dikeola secara baik. Pengelolaan tersebut bukan hal yang mudah. Dalamnya peternak atau pengelola mesti memahami dengan sungguh seluk-beluk kambing dan domba. Artinya, peternak tidak sekadar memelihara domba atau kambing, tetapi perlu menentukan bibit yang baik, membangun kandang yang baik, menyiapkan lahan yang khusus untuk menanam rumput untuk makanan kambing dan domba.
Dewasa ini, usaha peternakan kambing dan domba di Indonesia belum diminati oleh banyak orang. Hal ini bisa jadi disebabkan karena pasarannya belum pasti. Namun, usaha peternakan domba dan kambing sangat menjanjikan kalau ditekuni dengan baik. Kambing dan domba dipelihara secara khusus untuk diambil daging, susu dan bulunya. Karena itu, usaha peternakan kambing dan domba dapat membawa keuntungan yang besar kalau ditekuni dengan baik. Itu semua mengandaikan peternak memperhatikan dan merawat kambing dan domba dengan baik, menjaga pertumbuhan dan perkembangannya dengan baik. Domba dan kambing yang bertumbuh dan berkembang dengan baik akan menghasilkan daging yang banyak dan bulu yang banyak. Pertumbuhan dan perkembangan kambing dan domba sangat dipengaruhi oleh cara merawat atau memelihara seperti cara memberikan makanan, cara membangun kandang yang sehat, cara memberikan obat waktu kambing dan domba sakit. Kelalaian dalam merawat akan mempengaruhi nilai ekonomisnya.
Demikianpun sebaliknya, perawatan yang baik akan membuat kambing dan domba bertumbuh dan berkembang dengan baik, dan pada gilirannya membawa nilai ekonomis yang memuaskan.

2.                  Pertumbuhan dan Perkembangan Domba dan Kambing
Pertumbuhan kambing dan domba adalah pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun, seperti urat daging, tulang otak, jantung dan semua jaringan tubuh (kecuali jaringan lemak) serta alat-alat tubuh lainnya. Dalam istilah pertumbuhan juga terdapat term pertumbuhan murni, yaitu penambahan dalam jumlah protein dan zat-zat mineral, sedangkan pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi, 1979). Dalam pertumbuhan dan perkembangan kambing dan domba, pertumbuhan itu sendiri tidak sekadar meningkatnya berat badan domba, tetapi juga menyebabkan konformasi oleh perbedaan tingkat pertumbuhan komponen tubuh, dalam hal ini urat daging dari karkas atau daging yang akan dikonsumsi manusia (Parakkasi, 1995).
2.1. Karakter Kambing dan Domba
2.1.1. Karakter Kambing Ternak kambing merupakan salah satu jenis ternak yang cukup digemari masyarakat, namun skala usahanya masih bersifat usaha kecil-kecilan di mana sistem pemeliharaan dan perkembangbiakannya masih secara tradisional. Pemeliharaan kambing secara lepas (tradisional) umumnya sebagai usaha sambilan bagi masyarakat peternak, meskipun ada juga yang menjadikan sebagai mata pencaharian pokok. Ternak kambing merupakan salah satu jenis ternak yang mem-punyai prospek untuk dikembangkan karena hanya memerlukan sarana dan sistem pemeliharaan yang relatif sederhana (Liwa, 1992) serta dapat beradaptasi dengan lingkungan dan jenis pakan (French, 1970; Williamson dan Payne, 1993; Haryanto, 1993; Wodzicka, 1993; Devendra dan Burns, 1994). Kendala-kendala yang dihadap peternak umumnya adalah kurangnya pengetahuan tentang pengenalan ciri-ciri bibit kambing yang baik untuk dikembangkan sehingga dapat mencapai produksi yang optimal. Shandi et al. (1989) mengemukakan bahwa kendala dalam program peningkatan produktivitas ternak kambing adalah terbatasnya data dasar, baik reproduksi maupun produksi ternak kambing. Salah satu kriteria untuk mengukur tingkat produktivitas pada ternak kambing adalah mampu menghasilkan anak yang mempunyai pertambahan berat badan yang tinggi dimana biasanya sangat dipengaruhi oleh umur induk dan berat lahir (Campbell and Lasley, 1985). Namun pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya bangsa, jenis kelamin, makanan, kesehatan dan lain-lain (Soeparno, 1992). Umur induk berpengaruh terhadap berat lahir (Braford, 1972 dalam Setiadi, 1989) dan produksi susu serta pertumbuhan selanjutnya sampai ternak disapih. Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang. Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) adalah subspesies kambing liar yang secara alami tersebar di Asia Barat Daya (daerah “Bulan sabit yang subur” dan Turki) dan Eropa. Kambing liar jantan maupun betina memiliki tanduk sepasang, namun tanduk pada kambing jantan lebih besar. Beberapa bangsa kambing yang banyak digemari peternak di Jawa Timur adalah Kambing kacangan, Kambing peranakan Etawa dan Kambing Saanen. Kambing kacangan mempunyai ciri-ciri: badan kecil dan pendek; telinga pendek dan tegak; jantan dan betinanya bertanduk, bobot badan jantan dewasa sekitar 25 kg, sedangkan betinanya 20 kg. Kambing peranakan Etawa mempunyai ciri-ciri: hidung melengkung, jantan dan betinanya bertanduk, telinganya panjang dan terkulai, di garis belakang dari kaki belakang terdapat bulu panjang, ambing besar, warna bulu belang hitam putih atau merah, atau coklat putih. Kambing Saanen mempunyai ciri-ciri: jantan dan betina tidak bertanduk, warna putih atau crem pucat, hidung, telinga dan ambing belakang hitam, telinga sedang dan tegak. Umumnya, kambing mempunyai jenggot, dahi cembung, ekor agak ke atas, dan kebanyakan berbulu lurus dan kasar. Panjang tubuh kambing liar, tidak termasuk ekor, adalah 1,3 meter – 1,4 meter, sedangkan ekornya 12 sentimeter – 15 sentimeter. 2.1.2. Pemeliharaan Pertumbuhan Pertumbuhan dan perkembangan kambing sangat dipengaruhi oleh cara pemeliharaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan pertumbuhan kambing antara lain yaitu:
(1)                            kambing betina mulai dewasa pada umur 8-14 bulan, tetapi saat itu belum boleh dikawinkan;
(2)                            umur yang baik mulai mengawinkan adalah umur 15-18 bulan;
(3)                            untuk menghindari perkawinan muda mulai umur 5 bulan kambing betina harus dipisahkan dengan kambing jantan;
(4)                            waktu hari panas kambing-kambing dimandikan satu minggu sekali untuk menjaga gangguan penyakit kulit dan biarkan berjemur setelah dimandikan; dan
(5)                            perawatan kuku perlu diperhatikan, oleh karenanya bila kuku sudah panjang harus dilakukan pemotongan dengan memakai gergaji halus. Bobot yang betina 50 kilogram – 55 kilogram, sedangkan yang jantan bisa mencapai 120 kilogram.

Kambing liar tersebar dari Spanyol ke arah timur sampai India, dan dari India ke utara sampai Mongolia dan Siberia. Habitat yang disukainya adalah daerah pegunungan yang berbatu-batu. Pada dasarnya Kambing dan domba mencapai pubertas yang hampir sama yaitu pada umur 5-7 bulan. Panjang siklus berahi kambing dan antara 18-22 hari atau dengan rata-rata 21 hari dengan lama berahi 24-48 jam. Kambing mengalami ovulasi menjelang akhir estrus atau sekitar 24-26 jam setelah berahi. Tiap ovulasi kambing mengovulasikan 1-3 sel telur Kambing dan mengalami partus atau melahirkan pada umur 150 hari kebuntingan Kidding dan kambing interval pada kambing dan domba mencapai 240 hari dengan indek reproduksi kambing dan domba betina mencapai 1,6 anak/betina/tahun. 2.2. Karakter Domba Domba atau biri-biri (Ovis) adalah ruminansia dengan rambut tebal dan dikenal orang banyak karena dipelihara untuk dimanfaatkan rambut (disebut wol), daging, dan susunya. Yang paling dikenal orang adalah domba peliharaan (Ovis aries), yang diduga keturunan dari moufflon liar dari Asia Tengah selatan dan barat-daya. Untuk tipe lain dari domba dan kerabat dekatnya, lihat kambing antilop. Pada domba dengan umur 2,5 bulan, pertumbuhan absolut akan berjalan lambat. Sementara pada umur 2,5 bulan sampai dengan masa pubertas, terjadi kenaikan pertumbuhan yang cepat dan saat domba mencapai pubertas, terjadi kembali perlambatan pertumbuhan dan kurva akan menjadi lebih landai pada saat mencapai titik balik (Anggorodi, 1979).

Pertumbuhan dan perkembangan domba yang baik sangat dipengaruhi oleh cara pemeliharaan, seperti pemberian makanan, pengobatan dan juga pengaturan perkawinannya. Untuk menghasilkan domba yang sehat dan baik perlu diperhatikan beberapa hal;
1.                            Bagi domba betina dewasa hendaknya dikawinkan pertama kali pada umur 10-12 bulan, sedangkan jantan muda dapat digunakan sebagai pemacek pertama kali pada umur 12 bulan.
2.                            Waktu yang baik untuk mengawinkan kambing 12-18 jam setelah terlihat tanda pertama berahi. Dapat pula dipakai pedoman seperti pada perkawinan ternak sapi.
3.                            Pemeriksaan kebuntingan seperti pada ternak sapi. Kebuntin¬gan ternak domba sekitar 150 hari atau lima bulan.
4.                            Perlakuan pada anak domba yang baru lahir: - Bersihkan lendir yang terdapat dalam hidungnya dengan cara menggelitik dalam hidungnya dengan seutas jerami atau pegang kaki belakang kemudian ayun-ayunkan dengan hati-hati - Biarkan induknya menjilat anaknya sampai kering - Setelah anak lahir maka anak segera menyusu pada induknya.
5.                            Perkawinan kembali dapat dilakukan setelah anaknya disapih, yaitu umur delapan minggu. Hal-hal tersebut harus diperhatian agar domba dapat menghasilkan bibit yang baik. Bibit yang baik adalah bibit yang sehat dan tidak mempunyai cacat dalam tubuhnya.

3.         Hal-Hal Yang Dapat Meningkatkan Perkembangan Domba dan Kambing
3.1. Memilih calon bibit induk Pemilihan bibit yang baik akan sangat menentukan perkembangan domba dan kambing. Ada dua hal yang harus diperhatikan di sini, yaitu, pertama, sifat luar, seperti, sehat, tidak terlalu gemuk dan cacat; kaki lurus dan normal; alat kelamin normal; mempunyai sifat keibuan (selalu bersedia menyusui); bulu bersih dan mengkilat. Kedua, kemampuan beranak. Yang penting di sini adalah jarak beranak¬nya yaitu 7-8 bulan.
3.2. Persediaan Pakan Hijauan/Pengadaan bahan konsentrat Biaya pakan konsentrat digunakan untuk pembelian pakan sesuai kebutuhan. Pakan konsentrat bisa dibeli dalam bentuk jadi maupun dapat dibeli dalam bentuk bahan makanan misalnya, dedak, bekatul, jagung dan lain-lain. Pakan konsentrat digunakan untuk memberi makan terhadap pemeliharaan induk domba, anakan yang dihasilkan dan untuk membesarkan domba selama 4 bulan. Pakan tambahan yang biasa di gunakan Diantaranya seperti batang jagung, lobak, apel, labu, selada, kubis, brokoli, seledri, dan roti bekas atau sisa, dan untuk mendapatkan beberapa hal ini sangat simple tinggal hubungi toko kelontong terdekat untuk beberapa item makanan dibuang. Kami telah menggunakan sisa bijian jagung bebas dari biji-bijian jagung kebun tetangga.
3.3. Membangun Kandang dan Gudang Makanan Kandang digunakan untuk ternak induk, ternak bibit, ternak yang melahirkan dan menyusui anaknya. Gudang makanan digunakan untuk menyimpan makanan ternak domba dan kambing maupun perlengkapan lainnya. Umumnya pemberian pakan domba dan kambing tidak selalu sama. Hal ini harus sesuai dengan usia kambing dan domba tersebut. Selanjutnya, pemberian makan ini mempengaruhi kambing dan domba untuk berkembang lebih baik.

4.         Penutup
Kegiatan pengembangan domba dan kambingmerupakan salah satu upaya yang penting untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Selain itu, dapat memenuhi permintaan masyarakat akan kebutuhan daging kambing dan domba. Karena itu, penanganannya diperlukan secara terpadu dari berbagai instansi terkait. Dalam arti pemerintah perlu membantu masyarakat untuk mengembangkan usaha ternak domba dan kambing. Peran pemerintah sangat penting dalam pendampingan, agar peternak dapat mengembangkan domba dan kambing dengan baik. Dengan demikian domba dan kambing dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Berhasil tidaknya usaha ternak domba dan kambing sangat dipengaruhi oleh cara masyarakat memeliharanya. Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan atau pengetahuan mereka akan tekhnik-tekhnik memelihara kambing dan domba. Di sinilah letak peran pemerintah untuk memberikan penyuluhan tentang seluk-beluk memelihara kambing dan domba. Usaha mengembangkan ternak domba dan kambing sangat penting dilakukan. Sektor peternakan menjadi salah satu andalan pembangunan nasional maupun regional dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kemiskinan, penyediaan produksi kebutuhan pangan dan perolehan devisa (Juanda, 2002).



Daftar Pustaka
http://www.ojimori.com/2011/06/10/reproduksi-kambing-dan-domba/
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=4&doc=4a7/
Muyassi, Analisis Potensi Sumber Daya Lahan Untuk Pengembangan Peternakan Kabupaten Aceh Besar. Purnomo Mangku (et.all), Kajian Pengembangan Kawawan Agroforestry Domba Ekor Gemuk (DEG) Di Kabupaten Ponorogo, AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009. Sjamsuddin Garantjang, Pertumbuhan Anak Kambing Kacang Pada Berbagai Umur Induk Yang Dipelihara Secara Tradisional, Jurnal Sains dan Teknologi, Universitas Hasanuddin, Makassar,

Saluran Pencernaan Kambing

Pencernaan adalah proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan pakan dalam saluran pencernaan. Perubahan tersebut berupa penghalusan pakan menjadi partikel – partikel kecil atau penguraian molekul besar menjadi molekul kecil. Proses pencernaan melibatkan tenaga mekanik, seperti mastikasi atau kontraksi otot dalam saluran pencernaan, aksi kimia ( HCl dalam abomasums dan cairan empedu dalam usus halus ) atau aktivitas enzim dari enzim – enzim yang dihasilkan dalam saluran pencernaan atau enzim – enzim dari mikroorganisme yang terdapat dalam saluran pencernaan.

Ternak kambing berbeda dengan ternak mamalia lainnya karena mempunyai lambung sejati yaitu abomasum dan lambung depan yang membesar yang mempunyai tiga ruangan yaitu reticulum, rumen, dan omasum ( Tillman et all,.1991). Rumen dan reticulum sering dipandang sebagai organ tunggal, disebut sebagai retikulorumen, yang merupakan tempat terjadinya pencernaan fermentative. Retikulum ini mendorong pakan padat dan ingesta ke dalam rumen dan mengalirkan ingesta kedalam omasum. Retikulum membantu ruminasi dimana bolus diregurgitasikan ke dalam mulut ( Arora, 1995 ). Ingesta yang telah halus didorong ke dalam rumen untuk dicerna lebih lanjut oleh mikroba. Mikroorganisme yang terdapat dalam rumen adalah bakteri, protozoa, dan fungi ( Preston and Leng,1987 ; McDonald et al. , 1995 ). Omasum merupakan bagian ketiga lambung ternak kambing yang menghubungkan retikulorumen dan abomasums. Abomasum merupakan bagian keempat yang disebut juga perut sejati ( Arora, 1995 ). Dengan demikian ternak ruminansia dapat memanfaatkan pakan berserat kasar tinggi serta mampu mengolahnya menjadi produk dengan nilai biologis tinggi ( Tillman et al. ,1991 ).

ebagian besar bahan pakan mengandung campuran nutrient yang terdiri atas protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air. Zat – zat gizi organic ini terdapat dalam bentuk yang tidak larut sehingga harus dipecah menjadi senyawa – senyawa kecil sebelum mereka dapat masuk melalui dinding saluran pencernaan untuk kemudian diedarkan kedalam darah atau saluran limfe. Berdasarkan perubahan yang terjadi pada bahan pakan di dalam alat pencernaan, proses pencernaan ternak ruminansia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pencernaan mekanik, hidrolik, dan fermentative. Proses pencernaan fermentative inilah yang merupakan proses khas yang terjadi dalam saluran pencernaan ruminansia yang membedakannya dengan proses pencernaan pada non ruminansia. Pencernaan fermentative yang dimaksud adalah proses perubahan senyawa – senyawa tertentu menjadi senyawa lain yang sama sekali berbeda dengan molekul zat makanannya. Proses pencernaan berupa fermentasi yang terjadi sebelum usus halus pada ternak ruminansia mendatangkan keuntungan dan kerugian ( Siregar, 1994 ). Keuntungan yang diperoleh dengan terjadinya fermentasi sebelum usus halus antara lain : produk fermentasi mudah diserap usus, dapat mencerna selulosa, dapat menggunakan non – protein nitrogen seperti urea. Kerugian yang dialami antara lain : banyak energi yang terbuang sebagai gas methan dan panas, protein bernilai hayati tinggi mengalami degradasi menjadi NH3 ( amonia ) sehingga terjadi penurunan nilai protein, ternak ruminansia peka terhadap ketosis atau keracunan asam.

Proses pencernaan fermentative ini tidak lepas dari peranan mikroba rumen. Mikroba rumen akan mencerna karbohidrat, protein, dan lemak menjadi asam lemak atsiri ( VFA ), amonia ( NH3 ), gas karbondioksida ( CO2 ) dan gas methan ( CH4 ) ( Preston and Leng, 1987 ). Amonia digunakan untuk membangun sel mikroba, VFA akan diserap langsung dalam rumen dan retrikulum untuk dimanfaatkan oleh ternak sebagai sumber energi. Gas methan dan Oksigen dikeluarkan melalui proses eruktasi.

ANALISA GERAK RENANG GAYA DADA

BAB I
PENDAHULUAN
Biomekanik adalah ilmu pengetahuan yang menerapkan hukum-hukum mekanika terhadap struktur hidup, terutama sitem lokomotor dari tubuh (Lokomotor = kegiatan dimana seluruh tubuh bergerak karena tenaganya sendiri dan umumnya dibantu oleh gaya beratnya) (Hidayat, 2003). Sedangkan biomekanik menurut Hay (1985) adalah: “The science that examines the internal and external forces acting on the human body and the effect produced by these forces”. Biomekanika mempelajari bentuk dan macam-macam gerakan atas dasar prinsi-prinsip mekanika dan menganalisis gerakan untuk dimengerti.  Tujuan mempelajari biomekanik adalah 1) Menambah pengetahuan dasar sehingga kita mempunyai cakrawala yang luas tentang gerak tubuh; 2) Kemampuan untuk mengetahui manfaat mekanis dari gerakan (memahami, meramalkan, mengontrol gerak secara kritis); 3) Mengetahui persyaratan-persyaratan teknis dari setiap tugas gerak (mengembangkan nilai-nilai yang relevan). Selain itu, tujuan menggunakan biomekanik adalah untuk meningkatkan: (1) Performance; (2) Technique; (3) Equipment; (4) Training methods; (5) Coaching technique; (6) Reduction in injury.



BAB II
PEMBAHASAN
ANALISA GERAK RENANG GAYA DADA

Gerakan pada renang gaya dada pada dasarnya lebih fokus pada gerakan tangan dan kaki, tetapi ada juga gerakan pendukung yaitu gerakan pada leher atau kepala.

1. Gerakan lengan

   Gerakan lengan terjadi ketika perenang melakukan gerakan meluncur ke depan, dimana bagian-bagian tubuh yang bekerja antara lain :
1. Sendi : articulatio humeri
2. Otot : m latisimus dorsi

Origo : separuh bagian bawah processi spinosi columna vertebralis sampai os sacrum dan crista iliaca
Insertion : permukaan ventral os humerus di bawah tuberculum minus humeri.
1. Sumbu : frontal
2. Bidang : sagital
3. Pengungkit : jenis pengungkit ke 3 , yaitu gaya berada di antara beban dan sumbu.

2. Gerakan sendi siku ( articulasio cubiti )
   Gerakan pada sendi siku merupakan rangkaian gerakan pada lengan tangan dimana bagian-bagian yang bekerja pada sendi siku antara lain :
1. sendi engsel : antara humerus dadn ulna
2. sendi peluru : antara capitulum humeri dan radius
3. sendi kisar : antara ulna dan radius
  • epicondylus humerus, tempat perlekatan (origo) otot-otot yang menggerakkan tangan dan sendi pergelangan tangan
  • tuberositas radii, tempat intertio m biceps bracii
  • Procecus olecranii, tempat incercio m triceps bracii
  • Troclea olecranii, permukaan sendi humerus yang bertemu dengan permukaan sendi ulna pada sendi siku
  • Procecus coronoideus ulna, yang berperan pada sendi engsel
  • Capitulum humeri, yang bersendi dengan fovea radii ( sendi peluru )
  • Capitulum radii
4. Sumbu : frontal
5. Bidang : sagital
6. Pengkit : pengungkit 2 , yaitu beban berada diantara sumbu dan gaya.


3. Gerakan Pergelangan Tangan ( Articulasio Radiocarpae)
   Pergelangan tangan atau articulatio radiocarpae, juga merupakan satu rangkaian dalam gerakan tangan saat melakukan renang gaya dada yaitu saat meluncur, dan bagian pergelangan tangan yang bekerja antara lain :
1. Sendi : sendi condyloid
   Di sini yang bersendi ialah ujung distal radius dengan tiga tulang carpalia sebelah proksimal, yaitu : os. Naviculare, os. Lunatum dan os. Triquetrum.
2. Otot : m. Pronator teres dan m. Pronator kuadratus
3. Origo : epicondylus medial humeri
4. Sumbu : sagital
5. Bidang : frontal
6. Pengungkit : pengungkit jenis 2

4. Gerakan Pada Lutut ( m. Rectus Femoris)
   Salah satu rangkaian gerak pada renang gaya dada yaitu gerakan pada kaki, dimana salah satu bagian yang bergerak adalah lutut dan bagian – bagian yang bekerja antara lain :
1. sendi : sendi lutut
2. otot : m rectus femoris
3. origo : pada panggul (spina iliaca anterior inferior)
4. sumbu : frontal
5. bidang : frontal
6. pengungkit : jenis ke 1

5. Tungkai Bawah
1. sendi : pergelangan kaki ( articulatio talocruralis)
2. otot : m tricep surae
3. origo : femoris dan tibia
4. intersio : os calcaneus
5. bidang : frontal
6. sumbu : frontal
7. pengungkit : jenis 1

6. Gerakan Pada Tulang Bahu
   Pada renang gaya dada juga terjadi gerakan pada tulang bahu diantaranya adalah
1.  sendi : sendi bahu
2.  otot :
  • golongan A : otot-otot yang berorigo pada tulang scapula dan berintersio pada tulang lengan atas ( humerus).
  • golongan B : otot-otot yang mempunyai origo pada batang badan dan berintersio pada tulang scapula.
  • golongan C : otot-otot yang berorigo pada batang badan dan berintertio pada tulang humerus.
3.  bidang : frontal
4.  sumbu : sagital
5.  pengungkit : jenis 1



Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
            Dari uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh hasil yang optimal diperlukan rangkaian gerakan yang benar dan penerapan asas-asas atau prinsip-prinsip dalam biomekanika yang tepat. Sehingga dalam olahraga ini tidak hanya otot yang diandalkan. Keharmonisan gerakan antar gerakan anggota tubuh.

Saran
            Yang dapat kami sarankan untuk para pembaca adalah bahwa dalam memdalami atau bila kita akan melakukan gerakan renang gaya dada selain memperhatikan kesiapan fisik juga harus memperhitungkan prinsip-prinsip biomekanika yang terjadi dalam gerakan tersebut.



DAFTAR PUSTAKA
Van De Graaff. 2001. Human Anatomy. 6th ed. McGraw-Hill Company
Widjaja, Surja dr. 1998. Kinesiologi The Anatomy of Motion. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

 
Fahrizal Nurjulianto © 2012 | Template By Fahrizal Nurjulianto