Hingga pada suatu saat, kedai Men Negara ribut dengan kejadian tertangkap basahnya I Gerundung, orang suruhan Men Negara, yang menyembelih babi tanpa ijin (surat keterangan). Yang memergoki kejadian tersebut adalah I Made Aseman, yang tak bukan adalah mata-matanya menteri polisi. I Gusti Made Tusan yang tadinya hendak minum kopi pun mengurungkan niatnya. Ia begitu marah, lalu berkata bahwa tidak lama lagi akan ada surat panggilan atas penahanan Men Negara.
Ketika I Gusti Made Tusan pergi beberapa langkah dari kedai itu, ia terpesona setengah mati melihat sesosok gadis yang sangat cantik sedang berdiri di dekat pintu pagar kedai. Hatinya pun meleleh saat gadis tersebut, yang tak lain adalah Ni Negari, merayunya merdu untuk duduk dan minum kopi. I Gusti Made Tusan kian terbius seolah lupa akan apa yang terjadi beberapa detik sebelumnya.
Beberapa bulan setelah kejadian itu, tidak pernah ada panggilan polisi datang untuk Men Negara. Sang menteri polisi telah benar-benar terhipnotis oleh kecantikan anak gadis Men Negara itu. Dan selama berbulan-bulan itu juga, dengan rutin I Gusti Made Tusan mengunjungi kedai Men Negara untuk berlama-lama dengan Ni Negari. Kedai Men Negara pun sangat terlihat perbedaannya. Kedai Bingin Banjah yang kumuh itu pun telah disulap menjadi kedai yang serba bersih dan luas. Gaji menteri polisi-lah yang membayar untuk semua itu.
Namun tak lama kemudian, seorang perempuan bernama Ni Luh Sukreni telah merebut predikat gadis tercantik yang dimiliki Ni Negari. Itu terjadi saat semua orang di kedai Men Negara, termasuk I Gusti Made Tusan, terpana tak bergerak melihat sosok cantik nan molek Ni Luh Sukreni di pintu kedai. I Gusti Made Tusan pun jatuh cinta pada pandangan pertama.
Beberapa hari kemudian Ni Sukreni datang kembali di kedai Men Negara. Ia pun bermaksud untuk bermalam di sana sambil menunggu ayahnya tiba. Niat busuk Men Negara pun muncul. Dengan dibayang-bayangi besarnya uang yang akan ia dapatkan, ia membantu I Gusti Made Tusan menjalankan rencana kejinya. Malam itu juga, saat Ni Sukreni tengah tertidur di kamarnya, Men Negara memberi isyarat agar I Gusti Made Tusan masuk ke kamar Ni Sukreni. Lalu Men Negara pun mengunci pintunya dari luar.
Keesokan harinya Ni Luh Sukreni hilang tak berbekas dari rumah Men Negara. Dan hari itu juga, I Negara yang merupakan anak laki-laki Men Negara datang ke kedai. Dan di situlah rahasia besar terungkap. I Negara memberi tahu ibunya bahwa Ni Sukreni adalah anaknya sendiri dari suami yang telah bercerai dengannnya berbelas-belas tahun silam. Terkejut bukan main Men Negara mendengar berita itu. Sebagai ibu ia telah merusakkan anaknya sendiri. Tak henti-hentinya ia memohon ampun pada Tuhan.
Sampai berbulan-bulan lamanya Ni Sukreni lenyap tak berbekas. Ia sebenarnya berada di hotel milik seorang Tionghoa di Singaraja dan bekerja menjadi babu di sana. Ia yang berganti nama menjadi Ni Made Sari semakin melarat hidupnya. Ia selalu menangis saat teringat dirinya yang telah rusak. Dan perbuatan orang yang merusaknya itu pun membuat dirinya berbadan dua.
Kisah pun berlanjut. Ni Sukreni akhirnya menumpang hidup di rumah Pan Gumiarning, sahabat dekat ayahnya. Ia pun akhirnya melahirkan anak laki-laki yang diberi nama I Gustam.
Dua puluh tahun pun berlalu dengan cepat. Tidak seperti yang diharapkan orang tuanya, I Gustam tumbuh menjadi pemuda yang kasar, suka melawan orangtua, dan hobi berjudi. Sekolahnya di masa kecil pun diacuhkannya. Ia lebih senang bergaul dengan perampok-perampok desa. Ia pun menjadi perampok. Hingga suatu saat ia dipenjara, bakat rampoknya semakin menjadi karena di dalam penjaralah perampok-perampok profesional bersarang.
Sementara I Gustam dipenjara, Ni Sukreni mendapatkan penyakit karena semakin sengsara hidupnya. Dan akhirnya bidadari yang dulu jadi pujaan itu meninggalkan dunia yang fana ini untuk selamanya.
Singkat cerita I Gustam bersama komplotan kawan perampoknya keluar dari penjara. Tak sedikit pun jera, mereka kembali menjadi perampok. Bahkan lebih buas dan berbahaya dari biasanya.
Suatu malam kawanan perampok itu tiba di kedai Men Negara. Mereka mencuri peti-peti uang Men Negara saat Men Negara tertidur di kamarnya. Men Negara terbangun lalu berteriak histeris meminta bantuan. Kawanan polisi yang berjaga lalu menolongnya. Sementara itu para perampok kabur setelah sebelumnya membakar kedai Men Negara.
Tembak-menembak dan bunuh-membunuh antara polisi dan perampok pun berlangsung malam itu. I Gusti Made Tusan yang termasuk salahsatu diantara polisi yang bertugas, berhasil membunuh beberapa perampok. Dan akhirnya I Gusti Made Tusan berhadapan dengan I Gustam. I Gusti Made Tusan tidak mengetahui bahwa I Gustam adalah anaknya. Begitu pula I Gustam yang tidak tahu bahwa polisi di hadapannya adalah ayahnya. Lalu terjadilah saling membunuh diantara mereka. Ayah dan anak itu pun tewas.
Setelah kejadian itu Men Negara yang telah renta dimakan usia hidup di jalanan. Tanah menjadi tempat tidurnya sehari-hari. Dirinyalah yang ia ajak bercakp-cakap sendiri, seolah sedang sibuk melayani pengunjung kedai seperti biasanya. Ternyata, kobaran api di kedainya kemarin malam telah melalap habis ingatannya.